Kartu Gigi Beta Sehat Untuk Penentuan Prevalensi Karies dan Kebutuhan Perawatannya Pada Siswa Sekolah Dasar

Authors

  • Emma Krisyudhanti Jurusan Kesehatan Gigi, Poltekkes Kemenkes Kupang, Indonesia
  • Ferdinan Fankari Jurusan Kesehatan Gigi, Poltekkes Kemenkes Kupang, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31965/dtj.v4i2.945

Keywords:

Prevalensi Karies, Fisur Dalam, Kebutuhan Perawatan Gigi, Kartu Gigi Beta Sehat

Abstract

Karies adalah kerusakan pada jaringan keras gigi yang dimulai dengan adanya bercak putih pada permukaan gigi yang dapat berkembang menjadi kavitas. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 89% siswa berusia < 12 tahun mengalami karies gigi dan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018  menyatakan bahwa proporsi masalah gigi terbesar adalah gigi berlubang yaitu sebanyak 45.3%, prevalensi karies pada siswa kelompok usia 5 – 9 tahun adalah 92,6%, pada kelompok usia 10 – 14 tahun adalah sebesar 73,4%, serta rata-rata gigi permanen berkaries pada kelompok usia 12 tahun adalah sebanyak 2 gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk  menentukan prevalensi fisur dalam, karies serta kebutuhan perawatannya pada anak usia sekolah dasar. Penelitian ini adalah suatu studi deskriptif dengan metode survei yang dilakukan di SD Negeri 2 Baumata Timur, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang dengan jumlah siswa yang diperiksa giginya sebanyak 138. Untuk mengukur prevalensi fisur dalam , karies , serta kebutuhan perawatannya, digunakan Kartu Gigi Beta Sehat sebagai instrument pendokumentasi kondisi rongga mulut beserta kebutuhan perawatannya. Data yang diperoleh akan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi fisur dalam sebesar 15.58%, karies superfisial sebanyak 28.34% karies media 18.69%, karies profunda 18.25%, karies mencapai akar 5.34% dan 5.5% berupa kasus lain, seperti resobsi fisiologis, persistensi atau kasus lainnya. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi fisur dalam adalah sebesar 15.58%, prevalensi karies yang tertinggi adalah karies superfisial yaitu sebesar 28.34%. Perawatan yang paling dibutuhkan adalah penumpatan gigi.  Disarankan adanya tindak lanjut dari pemberi layanan kesehatan setempat  agar segera melaksanakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi para siswa secara periodik berkesinambungan agar prevalensi karies tidak mengalami peningkatan, serta perlunya pemberdayaan guru dan orangtua siswa  untuk membantu siswa  memiliki kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi (oral self care).

References

Apro, V., Susi, & Sari, D. P. (2020). Dampak Karies Gigi Terhadap Kualitas Hidup Anak. Andalas Dental Journal , 8(2), 89–97.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019a). Laporan Nasional Riskesdas 2018.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019b). Laporan Provinsi Nusa Tenggara Timur RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Busman, Arma, U., & Nofriadi. (2014). Hubungan Aplikasi Casein Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) Terhadap Remineralisasi Gigi. Jurnal B-Dent, Vol 1, No. 1, Juni 2014 : 18 - 23, 1(1), 18–23.

Dharmawan, I. R., Adyatmaka, A., & Adyatmaka, I. (2017). Patogenesis Penyakit Karies Gigi Pada Anak SD Kelas 1 Dalam Program UKGS Di Kota Tarakan 2011-2012 (Internet). Manajemen Program Kesehatan Gigi Indonesia, Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Universitas Gadjah Mada.

Krisyudhanti, E., Variani, R., Kristianto, J., & Barus, A. (2018). Perbandingan Tingkat Penerimaan Pasien Anak Penggunaan Chloride Ethyl Dan Benzocaine Gel Dalam Pencabutan Gigi Susu Berdasarkan Facial Image Scale. Quality Jurnal Kesehatan, 1(1), 43–48.

Marthinu, L., & Bidjuni, M. (2020). Penyakit Karies Gigi Pada Personil Detasemen Gegana Satuan Brimob POLDA Sulawesi Utara Tahun 2019. JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi Dan Mulut), 3(2), 58–64. https://doi.org/https://doi.org/10.47718/jgm.v3i2.1436

Nurwati, B., & Setijanto, D. (2021). Masalah Karies Gigi Dengan Kualitas Hidup Pada Anak Usia 5-7 Tahun Di Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 21–25.

Nurwati, B., Setijanto, D., & Budi, H. S. (2019). Hubungan Karies Gigi Dengan Kualitas Hidup Pada Anak Sekolah Usia 5-7 Tahun. Jurnal Skala Kesehatan, 10(1).

Rahman, T., Adhani, R., & Triawanti. (2016). Hubungan Antara Status Gizi Pendek (Stunting) Dengan Tingkat Karies Gigi Tinjauan pada Siswa-siswi Taman Kanak-kanak di Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2014. Dentino (Jur. Ked. Gigi), 1(1), 88–93.

RSGM UGM. (2021). Lebih Dekat Dengan Pit & Fissure Sealant. Humas RSGM UGM .

Valen, F. (2020). Kebutuhan Perawatan Kesehatan Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan RTI (Required Treatment Indeks) [Karya Tulis Ilmiah]. Poltekkes Kemenkes Palembang.

World Health Organization. (2022, March 15). Oral Health. Geneva: World Health Organization. Retrieved from https://www.who.int/health-topics/oral-health#tab=tab_1

Downloads

Published

2022-11-30

How to Cite

Krisyudhanti, E. ., & Fankari , F. . (2022). Kartu Gigi Beta Sehat Untuk Penentuan Prevalensi Karies dan Kebutuhan Perawatannya Pada Siswa Sekolah Dasar . Dental Therapist Journal, 4(2), 58–63. https://doi.org/10.31965/dtj.v4i2.945

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>